Soal Judol Kamboja, Pakar Komunikasi: Cover Both Side Tempo Tidak Seimbang

Image 3
Eko Pamuji dan Sufmi Dasco Ahmad

Surabaya, MNID. Pemberitaan Majalah Tempo edisi 7-13 April 2025 dengan headline “Tentakel Judi Kamboja” dinilai tidak seimbang dan kurang mengedepankan cover story untuk mendapatkan penjelasan dan jawaban dari pihak yang dituduh atau setidaknya dibawa-bawa dalam laporan itu.

Salah satu sosok yang paling terdampak oleh pemberitaan itu adalah Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad. Dalam laporan Tempo, nama orang dekat Presiden Prabowo Subianto ini dimunculkan di kolom kecil di bagian akhir laporan.

Cover both side yang dilakukan Tempo tidak seimbang, karena tidak mendapat jawaban dari yang ditulis, misalnya Sufmi Dasco,” ujar pengamat komunikasi Dr. Eko Pamuji yang juga mengelola Harian Duta Masyarakat di Surabaya.

Eko mengatakan, redaksi duta.co juga telah menerima informasi “miring” mengenai judol ini. Lebih serem lagi, konon (menurut sohibul kisah) duit judi yang berjumlah triliunan rupiah itu, ikut mewarnai Pilpres di Indonesia.

“Cuma, informasi warung kopi tersebut tidak bisa jadi standar pemberitaan, meski kabar itu mengutip omongan seorang intelijen. Sudah tiga minggu lalu, kami mendengar informasi seputar judi online pengusaha dan politisi Indonesia di Kambojo,” ujar Sekretaris Jenderal Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) ini.

Eko mengapresiasi kesungguhan tim liputan Tempo hingga menurunkan tim investigasi ke Kamboja.

“Menarik, memang, dan jelas tidak kecil biayanya. Media ini berusaha ‘teguh’ di jalur investigasi. Cuma, sayang cover both side yang dilakukan Tempo tidak seimbang, karena tidak mendapat jawaban dari yang ditulis, misalnya Sufmi Dasco,” tegas Eko yang juga doktor komunikasi Unair Surabaya ini.

Menurut Eko, pers memang memiliki kebebasan menyibak fakta. Tetapi, kebebasan yang termaktub dalam UU 40/1999 tentang Pers itu rentan sekali dipermainkan untuk menghakimi seseorang.

“Bisa saja Pak Sufmi Dasco menjadi korban permainan itu. Karenanya, dia memiliki hak jawab yang tak kalah pentingnya untuk pembaca. Insan pers, harus paham, bahwa, yang namanya berita itu seperti peluru, kalau sudah lepas dari larasnya, sulit dikejar,” tegas Eko.

Berita Terkait

Berita Lainnya