Jakarta, MNID. Nilai mata uang rupiah di hadapan mata uang dolar AS semakin melemah, bergerak mendekati titik Rp 17.000 per dolar AS. Saat ini di pasar valas, 1 dolar AS diperdagangkan antara Rp 16.560 sampai Rp 16.610.
Siapa yang bertanggung jawab terhadap pelemahan nilai mata uang rupiah ini?
Menurut Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, kepada redaksi MNID, stabilisasi nilai tukar rupiah menjadi tanggung jawab Bank Indonesia yang merupakan lembaga independen di luar eksekutif atau pemerintah. Artinya, pemerintah tidak bisa mencampuri urusan moneter, termasuk urusan penentuan suku bunga acuan yang bisa pengaruhi nilai tukar rupiah.
“Melemahnya nilai tukar rupiah memang sudah terjadi terus menerus. Selama periode kepemimpinan Gubernur Bank Indonesia di bawah Perry Warjiyo, sejak Mei 2018 sampai sekarang, nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi dari sekitar Rp14.000 per dolar AS menjadi lebih dari Rp 16.500 saat ini,” urai Anthony Budiawan.
Menurut Anthony, hal ini memperlihatkan Bank Indonesia tidak berdaya dan gagal menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terdepresiasi terus menerus.
“Bila melihat tren seperti ini, kemungkinan kurs rupiah tembus Rp 17.000 sangat besar, bahkan bisa lebih buruk dari itu. Jadi kita tunggu kebijakan apa yang akan diambil oleh Bank Indonesia untuk memperkuat kurs rupiah,” sambungnya.
“Katanya, fundamental ekonomi Indonesia sangat bagus. Jadi tidak ada alasan nilai tukar rupiah melemah. Tetapi faktanya nilai tukar rupiah terus melemah: kenapa? Apakah berarti ada salah kebijakan? Hanya Bank Indonesia yang dapat menjelaskannya,” demikian Anthony.