. Sangat disayangkan, di akhir masa jabatannya, Presiden Joko Widodo semakin menampakkan watak rakus yang berbahaya bagi kehidupan bangsa dan negara. Sistim demokrasi dan masa depan bangsa dan negara pun semakin mengkhawatirkan.
Begitu antara lain disampaikan pendiri Perhimpunan Negarawan Indonesia (PNI), Johan O. Silalahi, merespon berbagai perkembangan yang terjadi menjelang Pilpres 2024. Johan menyayangkan pernyataan dan tindak-tanduk Jokowi dalam memberikan dukungan pada salah satu pasangan calon. Menurutnya, hal itu sangat tidak bijaksana.
“Sistim demokrasi dan masa depan bangsa dan negara kita semakin mengkhawatirkan. Keadaan Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Presiden Joko Widodo semakin tergelincir dalam ambisi dan kerakusan pada harta, tahta dan kekuasaan, karena lebih mementingkan kepentingan keluarganya dan kelompoknya,” ujar Johan dalam keterangan yang diterima redaksi Jumat siang (26/1).
Dia mengajak semua kalangan menyelamatkan Indonesia dengan mengatakan tidak pada korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta nepotisme di lingkungan Istana.
“Mari kita selamatkan Indonesia dengan seruan kepada saudara-saudara kita seluruh bangsa Indonesia, kita tunjukkan sikap dan seruan moral mengatakan ‘tidak’ kepada Presiden Joko Widodo atas korupsi, kolusi dan nepotisme serta dinasti politik seperti kerajaan, yang sangat nyata mengancam dan membahayakan masa depan bangsa dan negara kita Indonesia,” kata Johan.
Johan lantas menyerukan gerakan moral yang dia beri nama “Revolusi Moral Jeans Biru”.
“Kita tunjukkan sikap, seruan dan peringatan moral ini dengan memulai “REVOLUSI MORAL JEANS BIRU”. Hampir semuanya kita rakyat Indonesia tanpa membedakan latar belakang ekonomi, memiliki pakaian berbahan jeans biru,” ajak Johan.
“Mari kita selalu menggunakan celana jeans biru, atau kemeja jeans biru, atau rompi jeans biru, atau jaket jeans biru, untuk menunjukkan sikap tegas kita seluruh bangsa Indonesia, menuntut Presiden Joko Widodo bersama kelompoknya untuk menghentikan korupsi, kolusi, nepotisme dan dinasti politik seperti kerajaan di Indonesia,” demikian Johan.