BAGAIMANA tidak bagus? Transisi energi bagi Indonesia sangatlah strategis karena Indonesia adalah negara dengan kekayaan energi terlengkap di dunia. Jadi kalau mengurang beban konsumsi minyak bumi, maka Indonesia bisa mendapatkan energi baru yang lain.
Apalagi kalau sedikit tau diri, maka Indonesia harus mengurangi ketergantungan pada BBM. Karena posisi Indonesia adalah negara net importer minyak. Indonesia hanya mampu memghasilkan 600 ribu barel minyak mentah sehari dan mengimpor sisanya dari kebutuhan nasional mencapai 1,4-1,5 juta barel sehari.
Coba dibayangkan berapa banyak uang negara keluar kabur ke Singapur dan negara lainnya untuk membeli BBM, tidak kurang dari 1-1,3 triliun sehari. Coba kalau uang sebesar itu didugunakan untuk mengembangkan energi alternatif. Wah cepat kaya Indonesia dan bisa menciptakan lapangan kerja yang luas.
Pertamina sendiri tidak akan mungkin meningkatkan produksi minyak. Sekarang hanya bertahan menjaha laju penurunan produksi yang secara alami pasti turun. Ini karena ladang ladang minyak sudah uzur atau tua renta.
Sementara pada bagian lain pertamina mengalami banyak masalah keuangan, utang yang besar, sementara pendapatan dari penjualan BBM relatif stagnan. Pertamina memgandalkan pendapatanya dari kompensasi dan subsidi. Kalau negara masih banyak uang itu masih bisa diatasi. Kalau sebaliknya bagaimana?
Selain itu pendapatan negara dari migas terus merosot. Bukan hanya karena kemampuan sedot minyak mesin pompa sumur sumur pertamina kalau dihitung kalah dengan kemampuan sedot air di kolam lele, karena bukan minyak yang keluar tapi sebagian besar lumpur.
Jika ini terus dilanjutkan maka akan menjadi beban lingkungan yang makin besar, baikdi hulu maupun di hilir. Apalagi baru baru ini sektor transportasi telah dicap sebagai biang kerok polusi jakarta karena macet dan konsumsi BBM yang boros serta tidak efisien. Piye iki?