MINIMARKET di Karawang, Senin (22/5) pukul 23.00 WIB dirampok. Empat perampok berpistol bergolok menyekap pegawai. Lalu menguras barang. Tim polisi datang. Perampok mencabut pistol, polisi langsung menembak. Kena dada, perampok tewas.
Kejadian berlangsung sangat cepat. Dua perampok menyerah, satunya kabur. Yang tewas dikirim ke RSUD Karawang.
Kapolres Karawang, AKBP Wirdhanto Hadicaksono kepada wartawan, Selasa (23/5) mengatakan: “Saat disergap, pelaku sedang menguras rokok. Begitu mereka melihat polisi datang, salah satunya mencabut pistol. Anggota kami langsung bertindak tegas.”
Memang, seandainya terlambat sedetik saja, nyawa polisi terancam. Karena, pistol perampok bukan pistol mainan, dan siap tembak.
Setelah satu perampok tumbang, dua lainnya yang bergolok langsung menyerah. Pelaku satu lagi yang berjaga di luar, sudah kabur sejak tim polisi tiba di lokasi.
AKBP Wirdhanto: “Awalnya, kami mendapat informasi dari warga yang merasa curiga dengan kondisi di Alfamart itu. Katanya, mungkin terjadi perampokan di dalam toko itu.”
Polres Karawang langsung menerjunkan tim anti-bandit bersandi Sanggabuana. Meluncur cepat ke TKP.
Sementara itu, di Alfamart, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang, tiga perampok sedang menodong tiga pegawai pria. Satu perampok berjaga di luar toko. Situasi jalanan sekitar sedang sepi.
Tiga pegawai toko diikat, disatukan di gudang. Perampok mengunci gudang. Barulah mereka menguras uang dan barang.
Dari rekaman CCTV, para perampok membongkar laci kasir, mengambil uang. Satunya lagi meraup rokok dan barang-barang lain. Ketika mereka sibuk itulah polisi datang.
Satu pelaku kabur ke arah Cikampek. Polisi memburunya, tapi belum tertangkap. Identitas pelaku yang kabur sudah di tangan polisi. Kini terus diburu.
Wirdhanto menghargai warga pemberi info ke polisi. Semestinya warga aktif mengawasi lingkungan sekitar, dan segera lapor polisi jika ada yang mencurigakan seperti kasus itu. Sebaliknya, polisi siap gerak cepat.
Tapi, dua bulan sebelumnya, Selasa, 14 Maret 2023 malam, juga di minimarket Karawang, tepatnya di Dusun Sri Jaya, Desa Pulo Jaya, Kecamatan Lemahabang, Karawang, juga terjadi hal serupa.
Situasi sekeliling minimarket sepi. Pelaku seorang pria bersenjata golok. Menyekap dua pegawai toko, mengikatnya di gudang. Lalu ia menguras isi laci kasir dan aneka barang. Kemudian kabur. Rangkaian kejadian terekam kamera CCTV.
Polisi bergerak setelah menerima laporan dari pegawai toko yang sudah bebas dari sekapan. Rentang waktu antara kejadian dengan laporan sudah beberapa jam. Polisi mengejar pelaku hanya berdasarkan rekaman CCTV.
Kamis, 16 Maret 2023 atau dua hari setelah kejadian, pelaku inisial BY, 27, ditangkap polisi di rumahnya di Dusun Turimulya RT 01/01 Desa Pulomulya, Kecamatan Lemahabang, Karawang. Tak jauh dari minimarket yang dirampok.
Saat hendak ditangkap polisi, BY siap melawan dengan senjata tajam. Kakinya didor polisi, langsung lemas menggeletak. BY kini diproses hukum.
Minimarket buka 24 jam menguntungkan masyarakat. Juga menggerakkan roda ekonomi yang sempat macet selama epidemi COVID-19 lalu. Menyerap tenaga kerja. Tapi sekaligus juga menggerakkan perampok.
Dari kasus itu, polisi siap gerak cepat. Asal dapat info dari masyarakat. Atau mungkin perlu tombol darurat di minimarket, yang langsung memberi sinyal ke kantor polisi, jika tombol ditekan pegawai. Seperti halnya di kantor-kantor bank.
Entah, mengapa sistem tombol darurat tidak diterapkan di ratusan ribu minimarket di Indonesia. Mengapa pengelola minimarket memilih cara tradisional, berharap ada orang memberi info ke polisi jika terjadi perampokan? Yang bisa menjawab cuma mereka.
Alicia Altizio dan Diana York dalam buku mereka bertajuk: “Robbery of Convenience Stores, Problem Oriented Guides for Police Book (2007) menyebutkan, di Amerika Serikat (AS) sudah lama minimarket memasang tombol darurat. Begitu tombol disenggol pegawai minimarket, polisi akan datang dalam lima menit.
Kendati, perampokan minimarket di AS masih juga terjadi. Rata-rata mereka merampok dalam tiga menit.
Buku itu hasil wawancara dengan ratusan perampok minimarket. Lalu dilakukan tabulasi. Kemudian dianalisis menggunakan teori kriminologi. Hasilnya bisa jadi buku pedoman buat polisi dan masyarakat, khususnya pengelola minimarket.
Antara lain, perampok pasti memilih target dari hasil seleksi mereka. Proses seleksi dengan cara pengamatan, sebelum merampok. Pilihan mereka diurai jadi tujuh, begini:
1) Lokasi sepi, baik di luar toko maupun di dalam. Pilihan waktu merampok rata-rata antara pukul 20.00 sampai 12.00 esoknya. Jika di kurun waktu itu ternyata masih ada orang di sekitar minimarket, atau pembeli di dalam, mereka akan menunda perampokan.
2) Penentuan hari merampok. Dari riset di buku itu, 60 persen perampok memilih hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Ini tidak terkait ‘hari baik’ versi Indonesia. Fokus perhatian perampok pada hari ramai pengunjung yang berarti duit di brankas menumpuk. Sebaliknya, saat mereka merampok harus sepi orang.
3) Bulannya antara November sampai Februari. Paling banyak akhir Desember. Karena di sana saat itu musim dingin, sehingga orang tidak keluar rumah jika tidak perlu. Dan, akhir tahun adalah saat warga banyak belanja.
Jadi, ada kontradiktif dalam pikiran perampok. Mereka mau saat orang ramai belanja, sekaligus juga ingin sepi orang saat perampokan.
4) Menggambar jalur pelarian. Perampok sudah memperhitungkan, jalur polisi mengejar penjahat. Perampok membuat rute yang kira-kira di luar dugaan polisi. Umumnya perampok merampok minimarket tak jauh dari tempat tinggal mereka. Karena mereka pasti paham rute pelarian paling efektif. Tapi, setelah merampok, mereka tidak pulang ke rumah, melainkan kabur.
5) Memilih kostum yang khas. Karena semua minimarket di sana, di tahun buku itu ditulis, sudah punya kamera CCTV. Dengan kostum khas, setelah merampok kostum itu dibuang, mereka harapkan polisi kesulitan melacak.
6) Melakukan perkiraan hasil. Memprediksi isi brankas dengan mengamati pergantian sif pegawai. Kalau baru ganti sif, berarti brankas masih kosong. Semua penjahat jenis apa pun punya kalkulasi perbandingan antara hasil dengan risiko.
7) Senjata: Pistol karena di sana bisa dibeli di mana-mana. Dan, jadi gertakan maut buat pegawai minimarket. Supaya pegawai tidak diam-diam menekan tombol darurat, yang letaknya dirahasiakan. Hampir semua perampok tidak berniat menembak orang, jika tidak terdesak. Mereka mau harta, bukan membunuh.
Dua perampokan di Karawang sama-sama malam hari. Cocok dengan buku itu. Tapi harinya tidak sama dengan di buku. Di Karawang hari Selasa dan Senin. Bulannya juga ngacak, asal semaunya perampok.
Buku karya Alicia Altizio dan Diana York tidak sepenuhnya cocok dengan kondisi Indonesia. Sebagian mirip, karena karakter penjahat bersifat universal.
Beda mencolok di tombol darurat yang tidak diterapkan di sini.