Setelah Partai Nasdem secara terbuka menyatakan Anies Baswedan sebagai calon presiden dari partai yang didirikan bos media Surya Paloh itu, dikhawatirkan akan kembali “membelah” Jakarta.
Untuk mencegah polarisasi di Jakarta, menurut pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiansyah, dibutuhkan sosok netral di kursi Pj. Gubernur DKI Jakarta yang menggantikan Anies Baswedan.
Sosok netral diperlukan mencegah perpecahan di akar rumput yang bukan tidak mungkin mengarah pada penguatan ideologi politik masing-masing kelompok.
Trubus mengingatkan, Jakarta pernah memiliki kenangan pahit dengan adanya politisasi SARA dan politik identitas pada Pilkada 2017 silam.
Catatan buruk itu diharapkan tak kembali terulang apalagi perjalanan menuju pilkada masih panjang. Oleh karenanya, selama dua tahun kekosongan pemimpin definitif sepeninggalnya Anies Baswedan, DKI Jakarta harus memiliki Pj Gubernur yang netral, tak memihak pada kepentingan manapun, dan bisa menyatukan semua kalangan.
Terkait dengan siapa sosok yang dapat dianggap netral untuk menempati posisi Pj. Gubernur DKI Jakarta, Trubus tanpa ragu mengatakan: Dirjen Politik dan Pemerintah Umum Kementerian Dalam Negeri, Bahtiar.
“Kalau Pak Heru Budi, kesayangan Pak Jokowi, akan terjadi situasi pembelahan yang paling dahsyat. Kalau terpilih Pak Sekda (Marullah Matali), aneh juga. Masa Sekda ngangkat Sekda. (Maka) terjadi kekacauan juga. Jadi satu-satunya jalan adalah Pak Bahtiar karena Pak Bahtiar ini (dari) Kemendagri. Ini yang situasinya netral,” urai Trubus.
Dengan latar belakang ASN dan Pejabat Eselon I di Kemendagri, Bahtiar diyakini memiliki hubungan baik dengan berbagai kalangan, serta dibekali kemampuan komunikasi yang mumpuni.