Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu malam (1/10) diawali kekecewaan pendukung Arema FC atas kekalahan tim kesayangan mereka dari tim tamu Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta, kepada media, Minggu pagi (2/10), mencoba menjelaskan kronologi kerusuhan yang berubah menjadi tragedi dengan 129 korban tewas.
Polri dan penyelenggara serta instansi terkait sudah melaksanakan rapat beberapa kali. Disepakati pertandingan tersebut hanya dihadiri oleh suporter dari Arema FC.
“Tidak ada supporter dari Persebaya. Sedangkan Persebaya menontonnya melaksanakan nobar dari beberapa titik di Surabaya," ujar Nico kepada wartawan.
Pertandingan yang berlangsung sejak pukul 20.00 sampai pukul 22.00 tersebut kata Nico, tidak ada masalah awalnya. Kerusuhan terjasi setelah pertandingan selesai dengan kemenangan Persebaya.
“Terjadi kekecewaan dari para penonton yang melihat tim kesayangannya yang tidak pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri, namun pada malam ini mengalami kekalahan," jelas Nico.
Kekecewaan itulah, kata Nico, yang membuat sebagian penonton turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari pemain dan official Arema FC.
"Oleh karena itu, pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan ataupun mengejar para pemain," kata Nico lagi.
Sebagai upaya pencegahan, polisi pun melepaskan tembakan gas air mata, mengingat para penonton yang turun ke tengah lapangan sudah anarkis.
"Karena sudah anarkis, sudah mulai menyerang petugas, sudah merusak mobil. Akhirnya karena gas air mata, mereka pergi ke luar, ke satu titik pintu keluar, yaitu kalau nggak salah pintu 10 ya, atau pintu 12. Kemudian terjadi penumpukan," tutur Nico.
Dalam situasi penumpukan itulah kata Nico, para penonton mengalami sesak napas karena kekurangan oksigen. Untuk itu, tim media dan tim gabungan berupaya menolong korban yang ada di dalam stadion.
"Kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit. Dalam kejadian tersebut, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri dan 125 (penonton). Yang meninggal di stadion ada 34, kemudian yang lain meninggal di rumah sakit pada saat upaya proses penolongan," ungkap Nico.
Sementara itu, masih ada 180 orang yang masih dalam proses perawatan di beberapa rumah sakit.