Kenaikan harga BBM bersubsidi yang telah diputuskan Presiden Joko Widodo akhir pekan lalu memperlihatkan bahwa kebijakan ekonomi dan keuangan negara sangat bersifat neoliberal.
Menurut Sekjen Syarikat Islam, Ferry Juliantono, sudah sewajarnya pula bila kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat banyak itu akan disambut dengan gelombang protes.
“Selama kebijakan keuangan negara masih neoliberal, maka keberpihakan negara bukan rakyat, tapi pada pasar,” ujar Ferry.
Ferry merupakan salah satu tokoh pergerakan yang kerap bersuara melawan kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat. Di tahun 2008 ia sempat ditahan karena menolak kenaikan harga BBM.
“Keadaan rakyat saat ini sedang susah karena pandemi kemarin. Sekarang ditekan lagi dengan kenaikan harga BBM. Dan kenaikan ini menyebabkan inflasi yang tinggi yang menyebabkan sebagian besar rakyat kita jatuh bangun untuk bertahan hidup,” sambungnya.
Dia mengatakan, bahwa dari sisi manapun, keputusan pemerintah menaikkan harga BBM adalah salah dan akan menimbulkan dampak sosial politik yang besar.
“Gelombang protes rakyat menjadi wajar ketika aspirasi mereka semakin tidak terdengar. Ada perasaan umum di masyarakat bahwa negara kita makin tidak adil,” demikian ferry Juliantono.