Seorang suami (AH) melakukan penyiksaan terhadap istrinya (NC) yang disebutkan sedang dalam masa recovery kanker. Sang suami tetap memukul dan mencekik sang istri yang merekam semua kekerasan itu.
Seorang asisten rumah tangga (ART) yang ikut bersama mereka berusaha menghentikan kekerasan itu dan mengevakuasi majikan perempuannya ke dalam rumah.
Dalam dua video yang direkam sang istri, tampak sang suami yang mengenakan kaos berwarna gelap duduk di belakang setir mobil. Ia menatap istrinya dengan sinar mata marah.
“Kenapa lu selalu mau bunuh orang? Kamu lukai aku terus. Tahu nggak? Ayo ada saksi. Kenapa kamu nggak berani. Kalau hanya berdua kamu selalu jahati aku,” ujar sang istri yang mengenakan kaos hijau.
Sang suami tanpa berkata apapun, dengan wajah semakin marah, keluar dari mobil dan mendatangi sang istri yang duduk di sisi kiri.
“Biarin aja, sampai sejahat apa kita rekam,” ujar sang istri kepada ART yang duduk di belakang dan berusaha menenangkan suasana.
Setelah membuka pintu kiri bagian depan, sang suami menyeret istrinya dengan kasar. Ia juga mencekik sang istri sempat megap-megap.
Adapun ART yang terus berusaha melindungi majikannya meminta AH untuk menyebut nama Tuhan. Tapi AH seolah tak peduli dan berkali-kali ingin memukul wajah NC.
Kedua video tersebut disebarkan NC. Dalam pesan yang dikirimkannya, dia mengatakan penyiksaan yang dialaminya terjadi pada hari Jumat (2/9) sekitar pukul 16.00 WIB di depan kediaman mereka di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
NC mengaku dirinya pernah mengadukan kekerasan yang kerap dilakukan suaminya ke Komnas Perempuan. Namun sia-sia.
“Mohon bantu viralkan agar pihak berwajib bisa bertindak,” pintanya.
“Sia-sia karena saya hanya orang biasa. Di Indonesia kan harus viral dulu baru ditolong,” katanya lagi.
NC juga mengatakan, selama ini dia memilih diam karena tidak punya harapan (hopeless). Tetapi, semakin dirinya diam, semakin sang suami menjadi-jadi kekerasannya.
"Hari demi hari (disiksa) karena dia tahu saya anak tunggal, yatim piatu, sebatang kara. Suami hanya incar warisan saya. Saya buntu,” demikian NC.