SIRENE gawat darurat melengking nyaring bagi SMA-SMA Muhammadiyah untuk segera berbenah. Seandainya KH Ahmad Dahlan masih hidup, niscaya kiai karismatik pendiri ormas Islam termodern di dunia itu pun akan bersedih hati melihat perkembangan terkini.
Simaklah data ini. Persis sepekan lalu (Jum’at, 26/8), Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) merilis peringkat sekolah jenjang SMA/SMK sederajat berdasarkan rerata nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang diikuti 23.657 sekolah. Pemeringkatan hanya menyertakan sekolah yang jumlah siswa mengikuti UTBK 2022 minimal 40 orang. Untuk sekolah yang muridnya tak sampai 40 orang mengikuti UTBK, tak disertakan dalam pemeringkatan. Hasilnya hanya 3.381 sekolah (14,3 %) yang memenuhi syarat.
Kemudian dibuat peringkat Top 1000 Sekolah 2022 di mana sepuluh teratas (dari peringkat tertinggi ke lebih rendah) ditempati oleh: MAN Insan Cendekia Serpong, SMA St. Louis 1 Surabaya, SMA Pradita Dirgantara Boyolali, MAN Insan Cendekia Pekalongan, SMAN 8 Jakarta, SMA Labschool Kebayoran, SMAS Kanisius Jakarta, SMAN 2 Jakarta, SMAS BPK 1 Penabur Bandung, dan SMAN 68 Jakarta.
Jika daftar dilanjutkan untuk Top 20 maka sekolah-sekolah yang berada pada peringkat 11-20 adalah: SMAN 8 Yogyakarta, SMAS Unggul Del Toba, SMAN 1 Yogyakarta, SMAN 28 Jakarta, SMAN 3 Yogyakarta, SMAN 81 Jakarta, SMAS Kristen 5 BPK Penabur Jakarta, SMAN 1 Godean Sleman, MAN 2 Kota Malang, dan MAN Insan Cendekia Kota Batam.
Di peringkat berapa SMA-SMA Muhammadiyah berada?
Sayangnya sampai Top 50 pun belum ditemukan. Nama Muhammadiyah baru ditemukan pada #78 melalui SMA Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat, Surakarta. Ini lompatan sangat jauh dari peringkat #341 pada tahun lalu. “Alhamdulillah wa syukurillah. Semua ini tak terlepas dari perjuangan luar biasa peserta didik yang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan UTBK. Peran guru juga luar biasa,” ujar Kepala Sekolah Upik Mariana kepada Solopos.com (27/8).
Boleh dibilang SMA Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta “menyelamatkan wajah” Muhammadiyah karena berhasil masuk Top 100—dan satu-satunya. Setelah itu berturut-turut SMA Trensains Muhammadiyah Sragen (#153), Madrasah Aliyah (MA) Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta (#318), SMA Muhammadiyah Boarding School Sleman (#388) dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (#422). Itulah 5 SMA Muhammadiyah yang berada dalam Top 500.
Jika jumlah SMA/SMK/MA Muhammadiyah hanya 10-20 sekolah saja, hasil ini masih bisa dipahami meski tetap tidak memuaskan. Apatah lagi jumlah SMA/SMK/MA Muhammadiyah sebanyak 1290 sekolah (Data Dikdasmenppmuhammadiyah.org, diakses Jum’at pagi 2/9). Itu artinya hanya 0,003 persen dari jumlah SMA/MA Muhammadiyah yang bisa masuk ke dalam Top 500 SMA Terbaik 2022. Angka yang sangat memprihatinkan mengingat Muhammadiyah tak kekurangan sosok pemikir cerdas, termasuk doktor yang berlimpah dan jumlah guru besar yang tak sedikit. Beberapa bahkan merupakan tokoh primus inter pares di bidangnya.
Belum lagi jika diteroka kekuatan finansial sebagai ormas yang kaya raya. Pada tahun 2017, Muhammadiyah mengelola hampir 21 juta meter persegi tanah wakaf. Artinya tanah itu hampir setara dengan 30 kali luas Singapura atau hampir empat kali luas pulau Bali. Luar biasanya, tak sejengkal pun tanah itu atas nama pribadi. Seluruhnya atas nama persyarikatan.
Di atas tanah itu berdiri sekurangnya 19.951 sekolah, 13.000 masjid dan mushola, 765 bank perkreditan rakyat syariah, 635 panti asuhan, 457 rumah sakit dan klinik, 437 baitul mal, 176 universitas dan 102 pondok pesantren. Tak mengherankan jika banyak pakar menyebut bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern terbesar di dunia dengan manajemen organisasi rapi, terdokumentasi dengan baik, dikelola secara transparan, dengan visi yang progresif (berkemajuan). Muhammadiyah kerap menerima pujian dan penghargaan dari berbagai institusi terkemuka dunia. (Fahd Pahdepie, 2021).
Pujian lebih khusus diberikan Guru Besar Antropologi Universitas Boston, Robert W. Hefner, yang sudah lebih dari 40 tahun mengamati Muhammadiyah. Tahun 2013, Hefner diundang ke Turki sebagai salah seorang pembicara seminar pendidikan di dunia Islam abad ini. “Dalam forum itu saya tegaskan bahwa negara yang paling berhasil mengembangkan format pendidikan Islam yang paling berhasil adalah Indonesia. Dan organisasi yang paling memberikan sumbangan kepada keberhasilan itu adalah Persyarikatan Muhammadiyah,” katanya saat menjadi narasumber Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah, Ramadhan 1443 H (April 2021). “Jika kita bandingkan dengan India, Pakistan, Mesir, kita akan tahu bahwa tidak ada pendidikan yang secemerlang Muhammadiyah,” simpulnya.
Memang Hefner tidak bicara khusus tentang kualitas SMA-SMA Muhammadiyah. Tetapi tetap saja itu sebuah pujian yang istimewa. Sayangnya sinyalemen Hefner tentang kedigdayaan format pendidikan Muhammadiyah belum terlihat jika ukurannya pemeringkatan 1000 SMA dengan UTBK Tertinggi 2022. Apalagi banyak SMA pada Top 20 yang usianya jauh lebih muda dari SMA-SMA Muhammadiyah yang sudah berkiprah sejak awal kemerdekaan seperti SMA Muhammadiyah 1 Surakarta (berdiri 1 September 1946), yang merupakan salah satu SMA tertua di tanah air.
Sangat bisa dipahami bukan hal mudah untuk meningkatkan peringkat nasional di tengah kompetisi ketat antar-SMA/SMK/MA (negeri maupun swasta) se-Indonesia yang juga mati-matian meningkatkan kualitas lulusan mereka dari tahun ke tahun. Namun setidaknya ada 2 hal yang membuat SMA-SMA Muhammadiyah bisa menempati peringkat lebih baik untuk tahun depan.
Pertama, prestasi SMA Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta yang berhasil melejit naik 263 tingkat (dari #341 ke #78) hanya dalam setahun. Ini luar biasa. Jika mereka bisa mempertahankan semangat itu, tahun depan sangat mungkin bisa menerobos masuk Top 50 bahkan Top 20.
Kedua, prestasi mengagumkan yang ditorehkan MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Insan Cendekia Serpong, Pekalongan dan Batam—satu yayasan--yang berhasil bertengger di Top 20 serta MAN 2 Kota Malang (di peringkat #19), yang menunjukkan kualitas madrasah aliyah bisa lebih unggul dari sebagian besar SMAN dan SMAS. MAN Insan Cendekia Serpong bahkan menempati peringkat pertama pada daftar 1000 SMA terbaik 2022. Ini menunjukkan citra MAS sebagai sekolah “kelas dua” di bawah SMA sudah tak berlaku.
Jika Insan Cendekia mampu memoles kualitas lulusan MAN menjadi begitu digdaya di antara Generasi Z saat ini, selayaknya Dikdasmen Muhammadiyah mempelajari resep kesuksesan mereka dan menerapkan bagi MA (juga SMA-SMA) di jajaran Persyarikatan Muhammadiyah sendiri, dengan sejumlah penyesuaian.
Bagaimana caranya? Jadikan peningkatan peringkat SMA menjadi agenda utama—dan prioritas—pada Muktamar ke-48 yang berlangsung 18-20 November mendatang. Muhammadiyah tidak kekurangan sosok tokoh pendidik kaliber nasional bahkan internasional.
Kedua, buat skala prioritas untuk SMA-SMA Muhammadiyah yang menunjukkan potensi besar berkembang dalam waktu singkat. Jika target meningkatkan kualitas 1290 SMA/SMK/MA Muhammadiyah tak bisa dilakukan sekaligus, pilihlah 10-20 SMA/MA terbaik di jajaran Muhammadiyah untuk ditangani lebih khusus melalui sebuah program akselerasi yang bisa mendongkrak peringkat mereka secara signifikan secara nasional di tahun 2023. Bentuk program teknisnya bisa dirancang oleh para pakar Dikdasmen Muhammadiyah.
Semoga tahun depan Muhammadiyah berhasil menempatkan SMA/MA di bawah nama besarnya dengan berada lebih banyak lagi di jajaran Top 100, Top 50, bahkan Top 20 SMA Terbaik, agar pamor Muhammadiyah sebagai ormas modern, profesional dan berkemajuan, tercermin melalui kualitas sekolah-sekolah pendidikan menengahnya secara bermartabat.
Meminjam sebuah ungkapan bijak, "Tak ada yang tak mungkin, yang ada hanyalah yang tak diprioritaskan."
Penulis adalah novelis sejarah “Sang Pencerah”, kisah KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Mizan, 2010).