Ketua Tim Kerja Harian KADIN Net Zero Hub, M. Yusrizki mengajak perusahaan swasta untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dalam setiap proses bisnisnya di semua rantai nilai, baik dalam penggunaan energi, pengelolaan sampah, air dan sisa produksinya.
Yusrizki memastikan KADIN Indonesia melalui KADIN Net Zero Hub berperan menciptakan enabling ecosystem bagi sektor publik maupun swasta yang berkomitmen untuk memulai perjalanan menuju dekarbonisasi atau pengurangan emisi GRK hingga 29 persen pada tahun 2020-2030 sesuai Paris Agreement 2015.
“KADIN Net-Zero Hub adalah sebuah platform yang membantu dunia bisnis untuk bergerak bersama menuju Netral Emisi, dengan cara membangun kemitraan strategis dan ekosistem Net Zero di Indonesia dalam membantu perusahaan-perusahaan merencanakan, menjalankan, dan melaporkan aksi-aksi konkret untuk mencapai netral emisi,” papar Yusrizki saat diskusi bertajuk CEO Networking Forum dengan tema “Business Leadership and Collective Actions towards Net-Zero Emissions”, di Jakarta, Senin (29/8).
Melalui kesempatan CEO Networking Forum, kami berharap terciptanya kepemimpinan dan aksi kolektif sektor bisnis dalam bergerak bersama menuju Net Zero dan membangun ekonomi hijau Indonesia yang berdaya saing tinggi,” sambungnya.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission di tahun 2060, dimana pelaku usaha nasional memegang peran yang sangat penting dalam upaya pencapaian target tersebut. Industri nasional dituntut untuk melakukan transisi menuju Net Zero Company. Proses transisi ini sendiri tidak mudah, sehingga dibutuhkan dukungan yang sangat besar dari berbagai pihak.
Yusrizki menyampaikan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission di tahun 2060, dimana pelaku usaha nasional memegang peran yang sangat penting dalam upaya pencapaian target tersebut. Guna mewujudkan hal itu, Industri nasional dituntut untuk melakukan transisi menuju Net Zero Company.
Proses transisi ini diingatkan Yusrizki tidak mudah, sehingga dibutuhkan dukungan yang sangat besar dari berbagai pihak. Sektor swasta ditekankan Yusrizki harus dapat mengelola dan beradaptasi terhadap perubahan kebijakan terkait upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Berdasarkan data ESDM tahun 2021, energi yang digunakan sektor Industri di Indonesia 76 persen di antaranya masih berasal dari energi fosil yaitu batubara, gas dan minyak diesel. Sisanya yaitu 24 persen energi berasal dari listrik.
“Untuk itu Dekarbonisasi Industri merupakan tugas besar dunia usaha dan merupakan kontribusi yang signifkan dalam upaya kolektif pencapaian target NZE Indonesia di tahun 2060,” ucap Yusrizki.
Dalam kesempatan yang sama Yusrizki menggarisbawahi perlunya gotong royong dalam mencapai Net Zero Emission tahun 2060. Swasta maupun pemerintah memiliki tanggung jawab yang sama dan seimbang untuk mencapai net zero emission.
“Saat ini sudah ada 30 perusahaan yang menandatangani nota persetujuan untuk menjadi net zero company. Diharapkan angka ini bertambah mencapai 50 - 70 perusahaan tahun ini. Perusahaan financing pun juga akan bertransisi menjadi net zero company. Maka dari itu, penting untuk memiliki ekosistem yang baik dalam KADIN NZH karena KADIN NZH adalah sebuah koalisi besar untuk perusahaan-perusahaan Indonesia bertransisi menuju net zero company,” pungkasnya.
CEO Networking Forum bertujuan memberikan informasi kepada perusahaan-perusahaan mengenai peran KADIN NZH dalam mendorong transisi bisnis menuju Net Zero, kepemimpinan, jaringan serta kolaborasi antar sektor bisnis untuk mendukung komitmen perusahaan Indonesia.
Forum ini diselenggarakan dalam format dialog dengan mengundang para pemimpin bisnis perusahaan serta menghadirkan beberapa narasumber yaitu Tim Kerja Harian KADIN Net Zero Hub, Octavianus Bramantya; SBT Engagement Manager CDP Indonesia, Dedy Mahardika; Sustainable Business and Corporate Engagement Manager WRI Indonesia, Nanda Noor serta Executive Director IBCSD, Indah Budiani.
Beberapa poin penting lainnya yang disampaikan dalam forum ini adalah bagaimana bisnis harus segera memulai proses transisi dengan menggunakan kerangka kerja berbasis Science Based Target Initiative (SBTi), menghitung inventori emisi gas rumah kaca berdasarkan GHG Protocol (GHG inventory) dan pelaporan perubahan iklim (Climate Disclosure) secara transparan.
Kurang lebih 50 pimpinan perusahaan yang berasal dari sektor manufaktur, tekstil, kimia, energi dan lain-lain hadir dalam acara. Di kesempatan yang sama, KADIN Net Zero Hub turut memanfaatkan momentum B20 untuk mendapatkan 100 perusahaan Indonesia yang menjanjikan komitmen emisi nol bersih. Melalui CEO Networking diharapkan lebih banyak perusahaan yang tertarik untuk bergabung dan mewujudkan target Net Zero Emission Indonesia 2060.