Menjelang akhir tahun 2020 lalu, ramai soal isu bergabungnya dua perusahaan rintisan (startup) berstatus decacorn Asia Tenggara, yaitu Gojek dan Grab. Keduanya adalah perusahaan raksasa penyedia jasa layanan transportasi berbasis daring atau dikenal dengan ride-hailing.
Isu tersebut lantas menjadi sebuah kejutan. Pasalnya komunikasi di antara keduanya sudah dilakukan sejak Februari 2020 silam. Sumber yang tidak disebutkan namanya oleh Bloomberg dan Financial Times juga mengatakan bahwa desakan untuk segera merger ini datang dari CEO Softbank, Masayoshi Son, sebagai penyuntik dana terbesar Grab dan Gojek.
‘’Stres akibat Covid-19 dan kekhawatiran atas model bisnis berbagi tumpangan secara global menekan perusahaan untuk menyetujui kesepakatan,’’ demikian yang dikutip oleh Financial Times pada 13 September 2020 lalu.
Namun alotnya pembicaraan antara Grab dan Gojek rupanya membuat Son kehilangan kesabaran. Pasalnya keduanya dihadapkan dengan jalan buntu karena Bos Grab, Anthony Tan, menolak menyerahkan sebagian kendali dalam entitas gabungan kepada Gojek. Akhirnya tersiar kabar bahwa Grab dan Gojek disebut tidak sepakat soal mengelola pasar Indonesia.
Sebagai salah satu pemegang saham besar Tokopedia, Son disebut sebagai orang di balik kabar merger Gojek dan Tokopedia. Son pula yang meresuti rencana merger ini, ungkap sumber Bloomberg. Apabila merger antara startup besutan Nadiem Makariem dan William Tanuwijaya ini terjadi, maka interasi model bisnis keduanya akan menghasilkan ekosistem digital raksasa.
CNBC Indonesia menuliskannya sebagai, ‘’Ekosistem digital raksasa yang dibilang tak tertandingi’’.